Minggu, 07 September 2014

Hiruk pikuk hidupku penuh keramaian yang palsu
Ketika senja kembali, siang malam menjadi tak berarti
Aku bosan menunggu pagi
Enggan mendengar kicau burung bersenandung tiada henti
Hanyalah mentari..
Dari sekian hari aku lalui
Setia menemani dalam gelap terang hidupku

Terimakasih Oh Tuhanku..
Kau sinarkan bulan dalam malamku
Kau terbitkan mentari tuk menyinari pagiku
Dalam kepenatanku melihat segala kepalsuan
Yang menjadikan siang dan malam senja yang kelam
Hingga aku merasakan malam adalah malam
Siang adalah siang dalam tunduk syukurku pada-Mu

PERJALANANKU BUKAN  POTRET

Membelenggu setiap keadaan tak pasti
Menghilang arah menundukkan nurani
Bagaikan siang tak mau bertemu malam
Kuharap senja tetap mau berkawan

Aku adalah salah satu dari mereka
Merangkaikan asa untuk hidupnya
Mengubah ketakpastian itu 
Menjadi sebuah kejelasan berarti
Bukan hanya sekedar imajinasi 
Yang terjerat tanpa mememori

Arti hidupku...
Ketika asaku menjadi nyata
Ketika bunga mekar menjadi merona
Ketika matahari menyapa pagiku
Ketika kicau burung memanggil namaku

Bukanlah itu...
Ketika hidupku hanya luka
Ketika dendam penuhi rasa
Ketika warna menjadi putih
Ketika ada dan menghilang menyisakan perih




Rabu, 03 September 2014

Lembut hati tapi tak selembut parasnya 
Yang berharga tapi tak dapat ternilai 
Apakah ini duniaku ?
Melangkahku bagaikan diam
Diamku bagaikan tenggelam

Sahabat, apakah duniamupun begini ?
Pergi kelana sang penyair cinta
Merangkai kata lalu membisu
Menebarkan asa yang terbelenggu 
Hilang nada mengalunlah melodi 
Terdengar nyanyian sembunyilah hati

Aku adalah insan dunia 
Mencari hati dalam bahagia
Meninggalkan sunyi dalam hampa
Meraih mimpi bertemu cita

Bukan penyair yang membisu
Terbelenggu asakupun hanya lalu
Melodi tak lagi mengalun sendu
Nada terdengar menyanyilah merdu

Sahabat, dunia ini duniamu
Terus melangkah tunjukkan syukurmu
Tak lagi bertanya pada langi biru
karena dunia ini yang akan mengikutimu